Ciri Anak Kecanduan HP dan Cara Mengatasinya
annainawa.com - berbagi kisah. “Ustadzah Nai, ini ada perombakan kelompok tahfizh. Murid antum ini ya: -sebut saja Zey, Ani, Silma, Zahro, dan Ina- dengan nama kelompok Zainab,” ucap Ustadzah Nisrin, selaku koordinator lembaga tahfizh tersebut.
“Baik us,” jawab Ustadzah Nai.
Akhirnya, semua murid pun berkumpul berdasarkan kelompoknya masing-masing, termasuk kelompok Zainab yang diampu oleh Ustadzah Nai. Tanpa menunggu waktu lama, Ustadzah Nai pun membuka majelis tahfizh tersebut dan mulai mengabsen murid-muridnya (sebagai bentuk perkenalan antar murid dan ustadzahnya). Setelah sesi perkenalan selesai, seperti biasa, Ustadzah Nai akan mengetes bacaan setiap muridnya dengan cara memerintahkan semua muridnya membacakan ayat yang akan disetorkan satu per satu.
Tatkala sampai pada giliran terakhir, yaitu: Ina, Ustadzah Nai berkata, “Kemarin hafalan terakhir sama Ustadzah Nisrin apa mbak?”
“Al-Mulk ayat 7 us,” jawab Ina.
“Baik. Coba sekarang dibaca sendiri dulu,” pinta Ustadzah Nai.
Ternyata bacaan Ina belum lancar, bahkan masih banyak yang perlu dibetulkan. Akhirnya, Ustadzah Nai pun berkata, “Mbak, ustadzah bacakan dulu, nanti mbak Ina menirukan ya.”
“Ya ustadzah,” jawab Ina.
“Takaadu tamayyazu,” baca Ustadzah Nai dengan suara keras agar Ina bisa mendengarnya dengan jelas.
Kemudian Ina menirukannya, “Takaadu tanayyazu.”
“Bukan na mbak, tapi ma, tamayyazu,” terang Ustadzah Nai.
Ina hanya meringis merasa bersalah dan Ustadzah Nai pun membalasnya dengan senyuman seraya berkata, “Takaadu tamayyazu.”
“Takaadu tanayyazu,” ucap Ina.
Hal itu terus terulang hingga tiga kali, padahal posisi Ina menirukan kalimat itu sambil melihat ayat tersebut. Tapi mengapa ia masih salah menirukan. Akhirnya, Ustadzah Nai berkata, “Coba Mbak Ina fokus dulu. Dilihat baik-baik setiap kata dan kalimatnya sebelum mengucapkan.”
Beberapa menit kemudian, Ustadzah Nai mulai membacakan kembali kalimat tersebut. Hasilnya Ina bisa mengucapkan kalimat tersebut dengan benar, meski terbata-bata. Hal itu sering terulang pada ayat-ayat setelahnya. Bahkan, ironisnya, hari ini dia hafal ayat 8, besok ia lupa ayat sebelumnya dari ayat 1-7. Sehingga menyebabkan tanda tanya di benak Ustadzah Nai.
Karena penasaran, suatu ketika Ustadzah Nai bertanya kepada Ina, “Mbak, kamu kalau di rumah sering mengulang hafalan gak?”
“Enggak us, soalnya setelah tahfizh ada les mata pelajaran umum,” jawab Ina.
“Sampai jam berapa?” Tanya Ustadzah Nai
“Sampai Isya’ us, terus aku mainan HP sampai ketiduran,” jawab Ina.
“Kamu sering mainan HP?” Tanya Ustadzah Nai
“Sering Us. Setiap pulang sekolah sampai mau tahfizh sore dan setelah Isya sampai mau tidur,” jawab Ina.
“Humm... Ustadzah boleh minta sesuatu sama kamu gak mbak?” Pinta Ustadzah Nai
“Apa us?” Tanya Ina.
“Ustadzah minta, besok sepulang sekolah jangan mainan HP ya, tapi tidur siang. Nanti setelah asar, bangun dan siap-siap untuk tahfizh sore ya,” jawab Ustadzah Nai.
“Kenapa gitu us?” Tanya Ina.
“Biar sorenya ketika tahfizh kamu tidak mengantuk dan badan segar,” jawab Ustadzah Nai dengan senyuman manis.
“Iya us,” jawab Ina.
Selama masa perbaikan itu, Ustadzah Nai selalu menanyakan kesehariannya.
Dua minggu kemudian, ada perubahan baik pada diri Ina. Konsentrasinya lebih bagus dan hafalannya lebih cepat. Bahkan, kabar gembiranya ketika Ustadzah Nai memerintahnya menyetorkan surah Al-Mulk, Ina bisa menyetorkannya dengan lancar dan baik. Ustadzah Nai sempat terkejut bahagia dan bertanya, “Mbak Ina masih sering main HP gak?”
“Enggak us. Sekarang kalau pulang sekolah lebih suka tidur sampai asar us,” jawab Ina.
“Alhamdulillah. Enakan tidur siang atau main HP Mbak?” Tanya Ustadzah Nai.
“Enakan tidur siang us,” jawab Ina sambil tersenyum.
“Iyalah mbak. Sekarang juga lebih mudah menghafal ya mbak?” Tanya Ustadzah Nai.
“Iya us. Sekarang lebih mudah dalam menghafal dan mengulang us.” Jawab Ina.
“Berarti mulai sekarang jauhin HP ya mbak,” ucap Ustadzah Nai.
Dari cerita di atas dapat disimpulkan bahwa HP dapat berdampak buruk bagi perkembangan otak anak. Lantas bagaimana ciri-ciri anak kecanduan HP dan cara mengatasinya?
Ciri-Ciri dan Dampak Anak Kecanduan HP
Baca juga: Anak atau Murid Anda Sulit Menghafal? Praktikkan 8 Tips Ini
Pertama, Usahakan jangan ada HP sebelum tidur.
Pastikan anak jauh dari HP satu jam sebelum tidur. Jadi, satu jam sebelum tidur, HP harus dijauhkan dan notifikasi dimatikan.
Kedua, Orang tua harus membatasi pemakaian HP pada anak.
Misalnya mengingatkan anak dengan berkata, “Dik, bermain HP-nya 5 menit lagi ya. Setelah 5 menit, HP-nya dimatikan ya.”
Biasanya, ketika anak tersebut belum kecanduan maka ia akan mudah menuruti perintah itu. Namun, jika anak tersebut sudah kecanduan maka ia akan marah sejadi-jadinya. Sehingga orang tua harus tega untuk tidak memberikan HP kepada anak, meskipun ia menangis atau marah sejadi-jadinya.
Apabila anak itu masih terus rewel, tenangkan hatinya dan doakan ia.
Ketiga, Ajak anak berkomunikasi tentang bahaya HP bagi mereka.
Ketika anak sudah tenang, ajak ia berkomunikasi mengapa ia tidak dibolehkan bermain HP. Misalnya: Orang tua bisa memberi tahu dampak buruk HP bagi keceradasan akal, jasmani, dan ruh atau kejiwaannya.
Keempat, Alihkan dengan kegiatan yang lebih bermanfaat.
Ketika anak sudah bisa diajak komunikasi dan ia mulai menerima obrolan tersebut, orang tua bisa mengajaknya bermain. Seperti bermain flash card dan ular tangga yang berisikan ilmu pengetahuan.
Dulu sewaktu Naina kelas 5 SD, guru Naina sangat kreatif. Ia membuat monopoli dari kertas HVS. Di mana kotak-kotak dalam monopoli tersebut berisi perkalian. Jadi, setiap peserta yang berhenti di kotak tersebut akan mendapat satu pertanyaan perkalian yang sudah tertera dalam kotak tersebut. Jika peserta tidak bisa menjawab dengan benar maka ia harus membayar denda yang sudah ditentukan dalam kotak tersebut. Namun, jika ia menjawab dengan benar maka ia akan mendapat uang dari bank monopoli. Uangnya bisa menggunakan uang mainan yang dijual di pasaran.
Jadi, permainan di sini tak perlu mahal-mahal, bisa dibuat sendiri.
Baca juga: Tips Membelikan Mainan Anak
Kelima, Jangan lupa untuk terus mendoakan kebaikan untuknya.
Karena sekeras apa pun usaha seseorang dalam meraih sesuatu, jika tidak disertai dengan doa maka itu akan sia-sia. Namun jika terus berdoa tanpa berusaha maka itu bohong.
Jadi, tugas manusia adalah berusaha dan Allah yang menentukan hasilnya.
Demikianlah ciri dan dampak anak yang kecanduan HP serta cara mengatasinya. Jadi, seyogianya bagi orang tua yang mempunyai anak kecil, jangan kenalkan anak tersebut dengan HP. Namun jika sudah kecanduan, segera atasi dengan cara tersebut. Semoga bisa menjadi solusi bagi kita semua. Aamiin.
“Baik us,” jawab Ustadzah Nai.
Akhirnya, semua murid pun berkumpul berdasarkan kelompoknya masing-masing, termasuk kelompok Zainab yang diampu oleh Ustadzah Nai. Tanpa menunggu waktu lama, Ustadzah Nai pun membuka majelis tahfizh tersebut dan mulai mengabsen murid-muridnya (sebagai bentuk perkenalan antar murid dan ustadzahnya). Setelah sesi perkenalan selesai, seperti biasa, Ustadzah Nai akan mengetes bacaan setiap muridnya dengan cara memerintahkan semua muridnya membacakan ayat yang akan disetorkan satu per satu.
Tatkala sampai pada giliran terakhir, yaitu: Ina, Ustadzah Nai berkata, “Kemarin hafalan terakhir sama Ustadzah Nisrin apa mbak?”
“Al-Mulk ayat 7 us,” jawab Ina.
“Baik. Coba sekarang dibaca sendiri dulu,” pinta Ustadzah Nai.
Ternyata bacaan Ina belum lancar, bahkan masih banyak yang perlu dibetulkan. Akhirnya, Ustadzah Nai pun berkata, “Mbak, ustadzah bacakan dulu, nanti mbak Ina menirukan ya.”
“Ya ustadzah,” jawab Ina.
“Takaadu tamayyazu,” baca Ustadzah Nai dengan suara keras agar Ina bisa mendengarnya dengan jelas.
Kemudian Ina menirukannya, “Takaadu tanayyazu.”
“Bukan na mbak, tapi ma, tamayyazu,” terang Ustadzah Nai.
Ina hanya meringis merasa bersalah dan Ustadzah Nai pun membalasnya dengan senyuman seraya berkata, “Takaadu tamayyazu.”
“Takaadu tanayyazu,” ucap Ina.
Hal itu terus terulang hingga tiga kali, padahal posisi Ina menirukan kalimat itu sambil melihat ayat tersebut. Tapi mengapa ia masih salah menirukan. Akhirnya, Ustadzah Nai berkata, “Coba Mbak Ina fokus dulu. Dilihat baik-baik setiap kata dan kalimatnya sebelum mengucapkan.”
Beberapa menit kemudian, Ustadzah Nai mulai membacakan kembali kalimat tersebut. Hasilnya Ina bisa mengucapkan kalimat tersebut dengan benar, meski terbata-bata. Hal itu sering terulang pada ayat-ayat setelahnya. Bahkan, ironisnya, hari ini dia hafal ayat 8, besok ia lupa ayat sebelumnya dari ayat 1-7. Sehingga menyebabkan tanda tanya di benak Ustadzah Nai.
Karena penasaran, suatu ketika Ustadzah Nai bertanya kepada Ina, “Mbak, kamu kalau di rumah sering mengulang hafalan gak?”
“Enggak us, soalnya setelah tahfizh ada les mata pelajaran umum,” jawab Ina.
“Sampai jam berapa?” Tanya Ustadzah Nai
“Sampai Isya’ us, terus aku mainan HP sampai ketiduran,” jawab Ina.
“Kamu sering mainan HP?” Tanya Ustadzah Nai
“Sering Us. Setiap pulang sekolah sampai mau tahfizh sore dan setelah Isya sampai mau tidur,” jawab Ina.
“Humm... Ustadzah boleh minta sesuatu sama kamu gak mbak?” Pinta Ustadzah Nai
“Apa us?” Tanya Ina.
“Ustadzah minta, besok sepulang sekolah jangan mainan HP ya, tapi tidur siang. Nanti setelah asar, bangun dan siap-siap untuk tahfizh sore ya,” jawab Ustadzah Nai.
“Kenapa gitu us?” Tanya Ina.
“Biar sorenya ketika tahfizh kamu tidak mengantuk dan badan segar,” jawab Ustadzah Nai dengan senyuman manis.
“Iya us,” jawab Ina.
Selama masa perbaikan itu, Ustadzah Nai selalu menanyakan kesehariannya.
Dua minggu kemudian, ada perubahan baik pada diri Ina. Konsentrasinya lebih bagus dan hafalannya lebih cepat. Bahkan, kabar gembiranya ketika Ustadzah Nai memerintahnya menyetorkan surah Al-Mulk, Ina bisa menyetorkannya dengan lancar dan baik. Ustadzah Nai sempat terkejut bahagia dan bertanya, “Mbak Ina masih sering main HP gak?”
“Enggak us. Sekarang kalau pulang sekolah lebih suka tidur sampai asar us,” jawab Ina.
“Alhamdulillah. Enakan tidur siang atau main HP Mbak?” Tanya Ustadzah Nai.
“Enakan tidur siang us,” jawab Ina sambil tersenyum.
“Iyalah mbak. Sekarang juga lebih mudah menghafal ya mbak?” Tanya Ustadzah Nai.
“Iya us. Sekarang lebih mudah dalam menghafal dan mengulang us.” Jawab Ina.
“Berarti mulai sekarang jauhin HP ya mbak,” ucap Ustadzah Nai.
Dari cerita di atas dapat disimpulkan bahwa HP dapat berdampak buruk bagi perkembangan otak anak. Lantas bagaimana ciri-ciri anak kecanduan HP dan cara mengatasinya?

- 1. Sebagian besar waktunya digunakan untuk bermain HP. Ada yang mengatakan, “Kira-kira 8-10 jam dalam sehari.
- Anak akan gelisah ketika jauh dari HP.
- Anak akan marah sejadi-jadinya ketika meminta HP, namun tidak diberi.
- Anak tidak responsif ketika diajak berinteraksi.
- Anak mudah mengambek.
- Susah berkonsentrasi dalam belajar. Sehingga mengakibatkan ia sulit menghafalkan sesuatu juga.
- Anak suka menarik diri dari orang lain.
Baca juga: Anak atau Murid Anda Sulit Menghafal? Praktikkan 8 Tips Ini
Pertama, Usahakan jangan ada HP sebelum tidur.
Pastikan anak jauh dari HP satu jam sebelum tidur. Jadi, satu jam sebelum tidur, HP harus dijauhkan dan notifikasi dimatikan.
Kedua, Orang tua harus membatasi pemakaian HP pada anak.
Misalnya mengingatkan anak dengan berkata, “Dik, bermain HP-nya 5 menit lagi ya. Setelah 5 menit, HP-nya dimatikan ya.”
Biasanya, ketika anak tersebut belum kecanduan maka ia akan mudah menuruti perintah itu. Namun, jika anak tersebut sudah kecanduan maka ia akan marah sejadi-jadinya. Sehingga orang tua harus tega untuk tidak memberikan HP kepada anak, meskipun ia menangis atau marah sejadi-jadinya.
Apabila anak itu masih terus rewel, tenangkan hatinya dan doakan ia.
Ketiga, Ajak anak berkomunikasi tentang bahaya HP bagi mereka.
Ketika anak sudah tenang, ajak ia berkomunikasi mengapa ia tidak dibolehkan bermain HP. Misalnya: Orang tua bisa memberi tahu dampak buruk HP bagi keceradasan akal, jasmani, dan ruh atau kejiwaannya.
Keempat, Alihkan dengan kegiatan yang lebih bermanfaat.
Ketika anak sudah bisa diajak komunikasi dan ia mulai menerima obrolan tersebut, orang tua bisa mengajaknya bermain. Seperti bermain flash card dan ular tangga yang berisikan ilmu pengetahuan.
Dulu sewaktu Naina kelas 5 SD, guru Naina sangat kreatif. Ia membuat monopoli dari kertas HVS. Di mana kotak-kotak dalam monopoli tersebut berisi perkalian. Jadi, setiap peserta yang berhenti di kotak tersebut akan mendapat satu pertanyaan perkalian yang sudah tertera dalam kotak tersebut. Jika peserta tidak bisa menjawab dengan benar maka ia harus membayar denda yang sudah ditentukan dalam kotak tersebut. Namun, jika ia menjawab dengan benar maka ia akan mendapat uang dari bank monopoli. Uangnya bisa menggunakan uang mainan yang dijual di pasaran.
Jadi, permainan di sini tak perlu mahal-mahal, bisa dibuat sendiri.
Baca juga: Tips Membelikan Mainan Anak
Kelima, Jangan lupa untuk terus mendoakan kebaikan untuknya.
Karena sekeras apa pun usaha seseorang dalam meraih sesuatu, jika tidak disertai dengan doa maka itu akan sia-sia. Namun jika terus berdoa tanpa berusaha maka itu bohong.
Jadi, tugas manusia adalah berusaha dan Allah yang menentukan hasilnya.
Demikianlah ciri dan dampak anak yang kecanduan HP serta cara mengatasinya. Jadi, seyogianya bagi orang tua yang mempunyai anak kecil, jangan kenalkan anak tersebut dengan HP. Namun jika sudah kecanduan, segera atasi dengan cara tersebut. Semoga bisa menjadi solusi bagi kita semua. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar