Cara Menjadi Hafidz Qur'an



Menjadi hafidz qur’an merupakan impian bagi setiap muslim. Karena seorang hafidz qur’an akan mendapatkan banyak manfaat dan keberuntungan, baik di dunia maupun akhirat. Adapun manfaat di dunia adalah Allah memuliakan dan mencintai mereka. Padahal ketika Allah sudah memuliakan dan mencintai seseorang, niscaya Ia akan membuat penduduk bumi turut memuliakan dan menghormati orang tersebut. Adpaun balasan bagi para penghafal Al-Qur’an di akhirat kelak adalah selamat dari siksa kubur serta dapat memberikan syafaat bagi keluarganya dan memakaikan mahkota bagi kedua orang tuanya.
Namun untuk mendapatkan semua itu, tentu membutuhkan perjuangan dan pengorbanan besar. Sehingga tak heran jika ada orang yang sudah putus asa sebelum berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an. Terlebih bagi mereka yang sudah tidak hidup di lingkungan pesantren karena keragaman kesibukan dan kendala masing-masing. Ada yang tak sempat membacanya karena kesibukan kantor, rumah, organisasi, dan lain-lain. Ada juga yang putus asa karena beberapa kendala, di antaranya: Tidak kunjung hafal dengan ayat Al-Qur’an, padahal ia sudah sangat bersemangat untuk segera menyelesaikan hafalan tersebut. Sehingga hal itu dapat membuatnya cepat bosan dan jenuh dengan Al-Qur’an. Hasilnya, baru dapat satu atau dua ayat sudah menutup Al-Qur’an karena tak kunjung hafal ayat selanjutnya. Lalu bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
Pertama, niatkan karena Allah, bukan ingin segera selesai 30 juz.
Ketika kita sudah meniatkan segala sesuatu untuk Allah maka Ia akan memberikan banyak kemudahan kepada kita. Lain halnya ketika kita meniatkannya untuk segera selesai 30 juz maka kita akan mudah berputus asa ketika menemukan satu atau lebih kendala dan kesulitan. Salah satu kendala tersebut adalah ketika seorang musyrifah, ustadzah, atau penyimak kita berhalangan masuk maka kita akan kesal, marah, dan kecewa. Mengapa? Karena kita beranggapan bahwa itu dapat menghambat kecepatan dalam menghafal Al-Qur’an. Padahal tujuan utama penghafal Al-Qur'an adalah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah serta memahami setiap perintah dan larangan-Nya. 
Namun ketika pekerjaan itu diniatkan karena Allah maka kita akan beranggapan, “Semua peristiwa itu tidak lepas dari takdir Allah. Sehingga mungkin ini jalan terbaik untuk saya maka nikmatilah prosesnya. Kemudian secara otomatis hati kita akan terdorong untuk berdoa, "Ya Allah mudahkan segala urusanku ini.” Hingga Allah memberikan jalan keluar dari arah tak terduga.
Demikianlah besarnya pengaruh sebuah niat terhadap perilaku seseorang. Oleh karena itu, sebelum melakukan dan mengangankan sesuatu, kita harus menentukan niat dan tujuan, termasuk tujuan menjadi hafidz qur’an.
Kedua, mengetahui dan menyadari hakikat pikiran manusia.
Allah menciptakan pikiran manusia dan membaginya menjadi dua, yaitu pikiran otomatis dan pikiran seimbang
Pikiran otomatis identik dengan pikiran negatif. Contohnya: Aku tidak bisa menjadi hafidz qur’an karena aku lemah dalam menghafal. Buktinya menghafal satu ayat pendek saja membutuhkan waktu lama.
Adapun pikiran seimbang, identik dengan pikiran positif. Contohnya, Aku bisa menjadi hafidz qur’an selama aku mau mencobanya secara terus-menerus, meskipun membutuhkan waktu lama.
Sehingga wajar ketika kita menghadapi kesulitan maka pikiran otomatis langsung meresponnya dengan mengatakan, “Aku tidak bisa menjadi hafidz qur’an karena aku begini dan begini”. Namun kewajaran itu harus segera ditepis dengan pikiran seimbang, “Aku bisa menjadi hafidz qur’an dengan syarat aku harus lebih sabar lagi dalam mengulang dan menghafalnya”. Bisa juga membuat tabel seperti di bawah ini sebelum mulai menghafal Al-Qur’an:


Tabel itu hanya sekadar contoh. Kita bisa menambahkan kolomnya ketika menemukan banyak kesulitan.
Demikianlah cara mengatasi kebosanan dalam menghafal Al-Qur’an. Sehingga ketika kita menemukan beberapa kesulitan, bisa mencoba membuat tabel di atas untuk menyeimbangkan pikiran otomatis kita yang cenderung negatif.
Ketiga, tentukan target hafalan
Target ini sangat penting untuk menempuh tujuan. Karena dengan target dapat memicu dan memotivasi kita dalam menempuhnya. Misalnya: Satu halaman dalam satu hari atau satu lembar dalam satu hari. 
Dalam buku Mabaahits fii 'Uluumil Qur'aan disebutkan: Dahulu Malaikat Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad secara perlahan, yaitu lima ayat di pagi hari dan lima ayat di sore hari. Karena metode ini lebih memudahkan kita dalam menghafal, memahami, dan menadaburinya.
Keempat, mencari penyimak hafalan
Penyimak di sini sangat penting bagi kita yang sedang menghafal Al-Qur'an. Karena dengan adanya penyimak, ia akan membenarkan kesalahan kita. Misalnya: kesalahan panjang dan pendek, makharijul huruf, atau kurangnya beberapa huruf dalam menghafal.  
Kelima, jangan malas atau lelah mengulang hafalan
Hafalan Al-Qur'an itu ibarat onta. Ketika onta diikat, ia tidak mudah lari ke mana-mana. Akan tetapi, ketika tidak diikat, ia akan mudah lari ke mana-mana. Begitu pula Al-Qur'an, ia akan mudah hilang jika tidak sering diulang.
Jika kita lelah mengulang karena tidak kunjung hafal dan akhirnya sampai membuat kita putus asa maka buatlah tabel yang telah dijelaskan dalam tips kedua. 
Demikianlah tips menjadi hafidz qur'an. Jadi, bagi kita yang sedang berjuang menghafal Al-Qur’an di luar lingkup pesantren, jangan putus asa dan bersedih hati. Semoga cara itu dapat membantu dan memotivasi kita untuk terus menghafal, membaca, dan menadaburi Al-Qur’an. Baarakallaahu fiikum.

Bagi kalian yang sudah hafal Al-Qur'an atau sedang mengalami kesulitan menghafalkannya, bisa menuliskan pengalamannya dan kirim ke email saya, afroqudsia@gmail.com
  
Referensi buku Wujudkan Mimpimu Menjadi Hafidz Qur’an, Dr. Abdullah Mulham

Ditulis oleh Afro’ Qudsia Annainawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel